[ Get Google Translate Source Code ]

Jumat, 08 Juni 2012

Propinsi Sumatra Barat

Ketemu lagi dengan saya orang indonesia yang ingin mempublikasikan tentang propinsi bagian wilayah dari negara saya'Indonesia".

Sumatra Barat"Padang"

Sumatra Barat adalah propinsi yang terletak di pesisir barat pulau sumatra yang beribu kota"Padang".Sumatra Barat berbatasan langsung dengan Samudra Hindia di sebelah barat,Jambi dan Bengkulu di selatan,Riau di timur,dan Sumatra Utara di utara.Berdasarkan data dari Badan Pusat Statisatik, Sumatera Barat merupakan salah satu dari sebelas provinsi di Indonesia yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan.
Provinsi yang identik dengan kampung halaman "Minangkabau" ini memiliki luas 42.297,30 km2, terdiri dari 12" Kabupaten" dan 7"kota" dengan jumlah penduduk lebih dari 4.800.000 jiwa, serta memiliki 391" pulau" yang 191 di antaranya belum bernama. Sementara pembagian wilayah administratif sesudah" kecamatan" di seluruh kabupaten (kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai) adalah bernama Nagari—sebelumnya tahun "1979" diganti dengan nama desa, namun sejak "2001" dikembalikan pada nama semula.
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan "Gempa" di Indonesia, disebabkan letaknya yang secara tektonik berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia) dan "patahan Semangko" ditambah aktifitas "Gunung Berapi" yang masih aktif. Gempa bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di Sumatera Barat di antaranya adalah "Gempa Bumi 30 September 2009" dan "Gempa Bumi Kepulauan Mentawai 2010.

 Sejarah Sumatra Barat"

Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari "Kerajaan Pagaruyung". Namun wilayah Sumatera Barat saat ini tidak mencerminkan keseluruhan luas dari wilayah Kerajaan pagaruyung. Hal ini tidak terlepas dari penguasaan penjajah yang telah memecah wilayah Pagaruyung hingga menyisakan sebatas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang dikenal saat ini.
Bermula dari pemerintahan kolonial"Inggris" di Sumatera pada tahun 1811 yang memilih pusat pemerintahannya di Bengkulu. Wilayah Pagaruyung saat itu dimasukkan dalam wilayah pesisir Barat (West Coast region). Sebuah wilayah yang membentang dari bagian Selatan Lampung sampai ke Singkil di bagian pesisir Barat Aceh. Gubernur Jenderal "Raffles"  membentuk kesatuan wilayah ini setelah melihat fakta rangkaian mata rantai sebaran etnis Minang pesisir yang tidak terputus di sepanjang pesisir Barat Sumatera pada masa itu. Setelah penyerahan wilayah Sumatera kepada "Kerajaan Belanda" pasca rekapitulasi"Napoleon" di"Eropa", Inggris hanya menyisakan wilayah "Bengkulu" sebagai basisnya di Sumatera yang berakses ke Samudera Hindia. Dalam hal ini penentuan batas Bengkulu dilakukan sepihak oleh Inggris dengan memasukkan wilayah Minangkabau Mukomuko dalam administrasi"Bengkulu". Setelah penyerahan Bengkulu kepada pemerintahan kolonial "Hindia Belanda" tahun 1824, wilayah Mukomuko tetap dipertahankan dalam administratif "Bengkulu".
Kedatangan Belanda ke wilayah Sumatera Barat pasca penyerahan dari Inggris, bersamaan dengan saat terjadinya "Perang Padri"  yang mengoyak bumi Pagaruyung. Perang yang sejatinya bermula dari konflik internal masyarakat Minangkabau sejak tahun 1803, berubah menjadi perang besar setelah Belanda melibatkan diri dalam konflik tersebut pada tahun 1821. Belanda yang berniat menguasai daerah Pagaruyung, memihak dan membantu golongan adat dan bangsawan yang berperang melawan golongan Ulama Pembaharuan (Paderi). Perang diakhiri dengan kekalahan pihak pejuang Paderi pada tahun 1837 dan benteng terakhir kaum Paderi di "Dalu Dalu Rokan Hulu" ditaklukkan. Setelah perjanjian yang dibuat oleh pemuka Adat serta kerabat "Yang Dipertuan Pagaruyung", dan berakhirnya "Perang Padri" kawasan ini menjadi dalam pengawasan "Belanda"
Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial "Hindia Belanda" pasca Perang Paderi", daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust. Dalam hal ini meliputi wilayah Pagaruyung ditambah wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda. Selanjutnya wilayah Gouvernement Sumatra's Westkust diperluas oleh pemerintahan kolonial "Hindia Belanda" hingga juga mencakup daerah "Tapanuli", dan "Singkil".  Hal ini mendapat protes keras dari tokoh adat Minangkabau yang tidak menyetujui dimasukkannya wilayah pedalaman Tapanuli yang bersuku Batak ke dalamGouvernement Sumatra's Westkust, kecuali sepanjang daerah pesisir yang beretnis Minang. Kemudian pada tahun"1905" wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi Residentie Tapanuli. Sedangkan wilayah "Singkil" diberikan kepada Residentie Atjeh. Wilayah Bengkulu kembali menjadi sebuah wilayah Residentie Bengkulu.
Wilayah Minangkabau menyisakan Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden. Dalam hal ini minus Mukomuko dan daerah pesisir dari Natal hingga Singkil yang beretnis Minang pesisir. Namun saat dilakukan pelepasan wilayah Residentie Tapanuli tersebut, oleh pemerintah kolonial "Hindia Belanda", dilepaskan pula beberapa wilayah Minangkabau pedalaman yaitu : wilayah "rokan Hulu" dan wilayah"Kuantan Sangingi" yang diberikan kepada Residentie Riouw yang baru dibentuk saat itu pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust. Wilayah"Kerinci"diserahkan kepada Residentie Djambi yang juga baru dibentuk pada periode yang hampir bersamaan.
Kemudian pada tahun"1914", Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust. Pemerintahan kolonial "Hindia Belanda" menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudera Hindia yang beretnis non Minangkabau ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. Selanjutnya pada tahun "1935" wilayah "Kerinci" digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust.
Pada masa pendudukan tentara Jepang Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah "Kampar"/"Bangkinang" dikeluarkan dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu.
Pada awal "Kemerdekaan Indonesia" pada tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi "Sumatra" yang berpusat di "Bukit Tinggi" Pada tahun 1949, "Propinsi Sumatra" kemudian dipecah menjadi tiga provinsi, yakni "Sumatra Utara,Sumatra Tengah" dan"Sumatra Selatan". Sumatera Barat beserta "Riau" dan "Jambi" merupakan bagian dari keresidenan di dalam "Propinsi Sumatra Tengah".
Pasca kekalahan PRRI di Sumatera, berdasarkan "Undang-undang" darurat nomor 19 tahun 1957, oleh Pemerintah Pusat,"Propinsi Sumatra Tengah" kemudian dipecah lagi menjadi 3 provinsi yakni "Propinsi Sumatra Barat,Propinsi Riau" dan "Propinsi Jambi."Propinsi Sumatra Barat" memperoleh bagian wilayah yang paling kecil di antara ketiga provinsi baru ini, karena beberapa wilayah bersuku Minang dilepaskan dari induk rumpunnya.
Wilayah "Kerinci" yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten "Pesisir Selatan Kerinci", residensi Sumatera Barat, digabungkan ke dalam "Propinsi Jambi" sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah"Kampar",Rokan Hulu", dan"Kuantan Singingi" yang bersuku, berbudaya, dan berbahasa Minang semuanya ditetapkan masuk ke dalam wilayah"Propinsi Riau". Pada awalnya ibu kota provinsi Sumatera Barat yang baru ini adalah masih tetap di kota"Bukit Tinggi". Kemudian ibukota dipindahkan ke kota"Padang" berdasarkan SK. Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mai 1958 secara de facto menetapkan kota"Padang"menjadi ibukota "Propinsi Sumatra Barat.

Geografi Sumatra Barat"

 Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah Pulau Sumatra yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Luas daratan provinsi ini adalah 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi Hutan Lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudra Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km².Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum bersifat Tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6° C sampai 31,5° C. Garis Khatulistiwa tepat melalui provinsi ini di kecamatan Bonjol, kabupaten Pasaman. Beberapa Sungai besar yang bermuara di timur Sumatera berhulu di provinsi ini, di antaranya adalah Batang Hari,Siak,Inderagiri(disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, seperti Batang anai, Batang Aru, dan Batang Tarusan.
Terdapat 29 Gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat dengan Gunung Talamau di Kabupaten Pasaman Barat, sebagai gunung tertinggi, yaitu 2.913 m. Sedangkan Gunung Marapi di Kabupaten Agam merupakan gunung aktif yang tingginya 2.891 m. Gunung aktif lainnya adalah Tandikat dan Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah D datar susul Maninjau di Kabupaten Agam. Dengan luas yang mencapai 130,1 km², Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau Dibawah) 

Suku Di Sumatra Barat"

 Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan Suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula Suku Batak dan Suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghua, Tamil dan Suku Nias  dan di beberapa daerah Transmigrasi seperti di (Sitiung,Lunang silaut,Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula Suku Jawa. Sebagian di antaranya adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada masa akhir tahun 1950an. Oleh Presiden Soekarno saat itu diputuskan mereka ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal ini juga tidak lepas dari aspek politik pemerintah pusat pasca rekapitulasi PRRI di Propinsi Sumatra Barat  yang juga baru dibentuk saat itu.
Selain itu juga terdapat beragam suku nusantara lainnya yang masuk pasca kemerdekaan sebagai perantau dan pekerja di berbagai bidang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar