[ Get Google Translate Source Code ]

Jumat, 08 Juni 2012

Propinsi Sumatra Barat

Ketemu lagi dengan saya orang indonesia yang ingin mempublikasikan tentang propinsi bagian wilayah dari negara saya'Indonesia".

Sumatra Barat"Padang"

Sumatra Barat adalah propinsi yang terletak di pesisir barat pulau sumatra yang beribu kota"Padang".Sumatra Barat berbatasan langsung dengan Samudra Hindia di sebelah barat,Jambi dan Bengkulu di selatan,Riau di timur,dan Sumatra Utara di utara.Berdasarkan data dari Badan Pusat Statisatik, Sumatera Barat merupakan salah satu dari sebelas provinsi di Indonesia yang paling sering dikunjungi oleh para wisatawan.
Provinsi yang identik dengan kampung halaman "Minangkabau" ini memiliki luas 42.297,30 km2, terdiri dari 12" Kabupaten" dan 7"kota" dengan jumlah penduduk lebih dari 4.800.000 jiwa, serta memiliki 391" pulau" yang 191 di antaranya belum bernama. Sementara pembagian wilayah administratif sesudah" kecamatan" di seluruh kabupaten (kecuali Kabupaten Kepulauan Mentawai) adalah bernama Nagari—sebelumnya tahun "1979" diganti dengan nama desa, namun sejak "2001" dikembalikan pada nama semula.
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan "Gempa" di Indonesia, disebabkan letaknya yang secara tektonik berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia) dan "patahan Semangko" ditambah aktifitas "Gunung Berapi" yang masih aktif. Gempa bumi besar yang terjadi akhir-akhir ini di Sumatera Barat di antaranya adalah "Gempa Bumi 30 September 2009" dan "Gempa Bumi Kepulauan Mentawai 2010.

 Sejarah Sumatra Barat"

Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari "Kerajaan Pagaruyung". Namun wilayah Sumatera Barat saat ini tidak mencerminkan keseluruhan luas dari wilayah Kerajaan pagaruyung. Hal ini tidak terlepas dari penguasaan penjajah yang telah memecah wilayah Pagaruyung hingga menyisakan sebatas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang dikenal saat ini.
Bermula dari pemerintahan kolonial"Inggris" di Sumatera pada tahun 1811 yang memilih pusat pemerintahannya di Bengkulu. Wilayah Pagaruyung saat itu dimasukkan dalam wilayah pesisir Barat (West Coast region). Sebuah wilayah yang membentang dari bagian Selatan Lampung sampai ke Singkil di bagian pesisir Barat Aceh. Gubernur Jenderal "Raffles"  membentuk kesatuan wilayah ini setelah melihat fakta rangkaian mata rantai sebaran etnis Minang pesisir yang tidak terputus di sepanjang pesisir Barat Sumatera pada masa itu. Setelah penyerahan wilayah Sumatera kepada "Kerajaan Belanda" pasca rekapitulasi"Napoleon" di"Eropa", Inggris hanya menyisakan wilayah "Bengkulu" sebagai basisnya di Sumatera yang berakses ke Samudera Hindia. Dalam hal ini penentuan batas Bengkulu dilakukan sepihak oleh Inggris dengan memasukkan wilayah Minangkabau Mukomuko dalam administrasi"Bengkulu". Setelah penyerahan Bengkulu kepada pemerintahan kolonial "Hindia Belanda" tahun 1824, wilayah Mukomuko tetap dipertahankan dalam administratif "Bengkulu".
Kedatangan Belanda ke wilayah Sumatera Barat pasca penyerahan dari Inggris, bersamaan dengan saat terjadinya "Perang Padri"  yang mengoyak bumi Pagaruyung. Perang yang sejatinya bermula dari konflik internal masyarakat Minangkabau sejak tahun 1803, berubah menjadi perang besar setelah Belanda melibatkan diri dalam konflik tersebut pada tahun 1821. Belanda yang berniat menguasai daerah Pagaruyung, memihak dan membantu golongan adat dan bangsawan yang berperang melawan golongan Ulama Pembaharuan (Paderi). Perang diakhiri dengan kekalahan pihak pejuang Paderi pada tahun 1837 dan benteng terakhir kaum Paderi di "Dalu Dalu Rokan Hulu" ditaklukkan. Setelah perjanjian yang dibuat oleh pemuka Adat serta kerabat "Yang Dipertuan Pagaruyung", dan berakhirnya "Perang Padri" kawasan ini menjadi dalam pengawasan "Belanda"
Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial "Hindia Belanda" pasca Perang Paderi", daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust. Dalam hal ini meliputi wilayah Pagaruyung ditambah wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda. Selanjutnya wilayah Gouvernement Sumatra's Westkust diperluas oleh pemerintahan kolonial "Hindia Belanda" hingga juga mencakup daerah "Tapanuli", dan "Singkil".  Hal ini mendapat protes keras dari tokoh adat Minangkabau yang tidak menyetujui dimasukkannya wilayah pedalaman Tapanuli yang bersuku Batak ke dalamGouvernement Sumatra's Westkust, kecuali sepanjang daerah pesisir yang beretnis Minang. Kemudian pada tahun"1905" wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi Residentie Tapanuli. Sedangkan wilayah "Singkil" diberikan kepada Residentie Atjeh. Wilayah Bengkulu kembali menjadi sebuah wilayah Residentie Bengkulu.
Wilayah Minangkabau menyisakan Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden. Dalam hal ini minus Mukomuko dan daerah pesisir dari Natal hingga Singkil yang beretnis Minang pesisir. Namun saat dilakukan pelepasan wilayah Residentie Tapanuli tersebut, oleh pemerintah kolonial "Hindia Belanda", dilepaskan pula beberapa wilayah Minangkabau pedalaman yaitu : wilayah "rokan Hulu" dan wilayah"Kuantan Sangingi" yang diberikan kepada Residentie Riouw yang baru dibentuk saat itu pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust. Wilayah"Kerinci"diserahkan kepada Residentie Djambi yang juga baru dibentuk pada periode yang hampir bersamaan.
Kemudian pada tahun"1914", Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust. Pemerintahan kolonial "Hindia Belanda" menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudera Hindia yang beretnis non Minangkabau ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. Selanjutnya pada tahun "1935" wilayah "Kerinci" digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust.
Pada masa pendudukan tentara Jepang Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah "Kampar"/"Bangkinang" dikeluarkan dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu.
Pada awal "Kemerdekaan Indonesia" pada tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi "Sumatra" yang berpusat di "Bukit Tinggi" Pada tahun 1949, "Propinsi Sumatra" kemudian dipecah menjadi tiga provinsi, yakni "Sumatra Utara,Sumatra Tengah" dan"Sumatra Selatan". Sumatera Barat beserta "Riau" dan "Jambi" merupakan bagian dari keresidenan di dalam "Propinsi Sumatra Tengah".
Pasca kekalahan PRRI di Sumatera, berdasarkan "Undang-undang" darurat nomor 19 tahun 1957, oleh Pemerintah Pusat,"Propinsi Sumatra Tengah" kemudian dipecah lagi menjadi 3 provinsi yakni "Propinsi Sumatra Barat,Propinsi Riau" dan "Propinsi Jambi."Propinsi Sumatra Barat" memperoleh bagian wilayah yang paling kecil di antara ketiga provinsi baru ini, karena beberapa wilayah bersuku Minang dilepaskan dari induk rumpunnya.
Wilayah "Kerinci" yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten "Pesisir Selatan Kerinci", residensi Sumatera Barat, digabungkan ke dalam "Propinsi Jambi" sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah"Kampar",Rokan Hulu", dan"Kuantan Singingi" yang bersuku, berbudaya, dan berbahasa Minang semuanya ditetapkan masuk ke dalam wilayah"Propinsi Riau". Pada awalnya ibu kota provinsi Sumatera Barat yang baru ini adalah masih tetap di kota"Bukit Tinggi". Kemudian ibukota dipindahkan ke kota"Padang" berdasarkan SK. Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mai 1958 secara de facto menetapkan kota"Padang"menjadi ibukota "Propinsi Sumatra Barat.

Geografi Sumatra Barat"

 Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah Pulau Sumatra yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Luas daratan provinsi ini adalah 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi Hutan Lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudra Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km².Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia termasuk dalam provinsi ini.
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatera Barat secara umum bersifat Tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6° C sampai 31,5° C. Garis Khatulistiwa tepat melalui provinsi ini di kecamatan Bonjol, kabupaten Pasaman. Beberapa Sungai besar yang bermuara di timur Sumatera berhulu di provinsi ini, di antaranya adalah Batang Hari,Siak,Inderagiri(disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), dan Kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, seperti Batang anai, Batang Aru, dan Batang Tarusan.
Terdapat 29 Gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatera Barat dengan Gunung Talamau di Kabupaten Pasaman Barat, sebagai gunung tertinggi, yaitu 2.913 m. Sedangkan Gunung Marapi di Kabupaten Agam merupakan gunung aktif yang tingginya 2.891 m. Gunung aktif lainnya adalah Tandikat dan Talang. Selain gunung, Sumatera Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah D datar susul Maninjau di Kabupaten Agam. Dengan luas yang mencapai 130,1 km², Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatera dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Diatas dan Danau Dibawah) 

Suku Di Sumatra Barat"

 Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan Suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula Suku Batak dan Suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghua, Tamil dan Suku Nias  dan di beberapa daerah Transmigrasi seperti di (Sitiung,Lunang silaut,Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula Suku Jawa. Sebagian di antaranya adalah keturunan imigran berdarah Jawa dari Suriname yang memilih kembali ke Indonesia pada masa akhir tahun 1950an. Oleh Presiden Soekarno saat itu diputuskan mereka ditempatkan di sekitar daerah Sitiung. Hal ini juga tidak lepas dari aspek politik pemerintah pusat pasca rekapitulasi PRRI di Propinsi Sumatra Barat  yang juga baru dibentuk saat itu.
Selain itu juga terdapat beragam suku nusantara lainnya yang masuk pasca kemerdekaan sebagai perantau dan pekerja di berbagai bidang.

Rabu, 06 Juni 2012

Propinsi Sumatra Utara(MEDAN)


Akhirnya saya mendapat kesempatan kembali untuk memposting tentang propinsi di negara saya Indonesia untuk kali ini saya akan menulis tentang sumatra utara yang mudah-mudahan berguna untuk sekedar pengetahuan baiklah mari kita mulai saja:

Profil Sumatra Utara/"

- Nama Provinsi : Sumatera Utara / Sumut / Sumatra Utara
- Tanggal Berdiri : 7 Desember 1956
- Dasar Pendirian : UU No. 24 Tahun 1956
- Ibu Kota : Medan
 - Luas Wilayah : Kurang lebih 71.680 km2
- Posisi / Letak Geografis : 1 derajad - 4 derajat lintang utara dan 89 derajat - 100 derajat bujur timur
- Pulau : Pulau Sumatra
- Jumlah Kabupaten : 25 Kabupaten / kota.

Komoditas Sumatra Utara/"

Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan.
Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

Letak Geografi Sumatra Utara/"

 
Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km².
Sumatera Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
  • Pesisir Timur
  • Pegunungan Bukit Barisan
  • Pesisir Barat
  • Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial(Hindia-Belanda),wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama Propinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.

Batas Wilayah Sumatra Utara/"

Utara: Provinsi"Aceh"dan Selat Malaka
Selatan: Provinsi"Riau" Provinsi"Sumatra Barat" dan Samudera Indonesia
Barat: Provinsi Aceh dan"Samudra Indonesia"
Timur: "Selat Malaka.
Terdapat 419 pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk (kepulauan "Nias"), dan pulau"Berhala"di selat Sumatera (Malaka).
Kepulauan Nias terdiri dari pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di"Samudra Hindia" Pusat pemerintahan terletak di"Gunung Sitoli.
Kepulauan Batu terdiri dari 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala, Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu terletak di tenggara kepulauan Nias.
Pulau-pulau lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni"Taman Nasonal Gunung Leuser"dan"Taman Nasional Batang Gadis". Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun 2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha). Yang terdiri dari Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha, Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.
Namun angka ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. Dari luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk areal transmigrasi.

Pemerintahan sumatra Utara/"

  Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota"Medan". Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk yang meliputi eks karesidenan Sumatera Timur, Tapanuli, dan Aceh. Tahun 1956, Aceh memisahkan diri menjadi Daerah Istimewa Aceh.
Sumatera Utara dibagi kepada( 25 Kabupaten),( 8 Kota) (dahulu Ktamadya),( 325 Kecamatan) dan 5.456 Kelurahan/Desa.

Pemekaran Daerah Di Sumatra Utara/"

 
Dengan dimekarkannya kembali Kabupaten Tapanuli Selatan, maka provinsi ini memiliki kabupaten baru, yaitu"Kabupaten Padang Lawas"yang beribukota di"Sibuhuan"dengan dasar hukum UURI No. 38/2007 dan"Kabupaten Padang Lawas Utara"yang beribukota di"Gunung Tua"dengan dasar hukum UURI No. 37/2007.
Pulau Nias diwacanakan akan dimekarkan kembali, yaitu dengan membentuk Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat,dan"Kota Gunung Sitoli.

 Penduduk Sumatra Utara/"

Sumatera Utara merupakan provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah"Jawa Barat",Jawa Timur'dan Jawa Tengah.Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlah penduduk Sumatera Utara telah meningkat menjadi 12,98 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 178 jiwa per km².
"Kadar Partisipasi Angkatan Kerja"(TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.

Suku Bangsa Di Sumatra Utara/"

 
Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan"Batak","Nias"dan"Melayu"sebagai penduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang"Minangkabau".Wilayah tengah sekitar"Danau Toba"banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragama"Kristen"."Suku Nias"berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan"tembakau"di Sumatera Timur, pemerintah kolonial"Hindia Belanda"banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis"Jawa"dan"Tionghua".Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, sebagai berikut :
  1. Suku Melayu": Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat
  2. Suku Batak Karo": Kabupaten Karo
  3. Suku Batak Toba": Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir
  4. Suku Batak Mandailing": Kabupaten Mandailing Natal
  5. Suku Batak Angkola":Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Padang Lawas
  6. Suku Batak Simalungun":Kabupaten Simalungun
  7. Suku Batak Pakpak":Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
  8. Suku Nias":Pulau Nias
  9. Suku Minangkabau":Kota Medan, Kabupaten Batubara, Pesisir barat
  10. Suku Aceh":Kota Medan
  11. Suku Jawa":Pesisir timur 
  12. Suku Tionghua":Perkotaan pesisir timur&barat.

Bahasa Di Sumatra Utara/"

 
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah"Bahasa Indonesia:. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan "Bahasa Melayu" yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari.
Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim menuturkan "Bahasa Hokkian" selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan "Bahasa Batak" yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Mandailing Natal menggunakan"Bahasa Minangkabau.

Agama di Sumatra utara/"

  • Islam": terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau,Jawa, Aceh, suku Batak Mandailing, sebagian Batak Karo, Simalungun dan Pakpak
  • Kristen" (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Nias
  • Hindu": terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan
  • Buddha": terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
  • Konghucu" : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
  • Parmalim": dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi
  • Animisme": masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya.

Seni Dan Budaya/"

MUSIK:

Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

Asitektur:

Dalam bidang Seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan. Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen.Pada umumnya bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala kerbau.
Rumah adat etnis Batak,Rumah Batak, berdiri kokoh dan megah serta masih banyak ditemui di Samosir.
Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari"ijuk"dan biasanya ditambah dengan atap-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan "tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis atap di Sumatera Utara.
Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon, balai bolon, jemur, pantangan balai butuh, dan lesung.
Bangunan khas Mandailing yang menonjol disebut "Bagas Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).
Rumah adat di pesisir barat kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman Gedung Nasional Sibolga.

Tarian/"

Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan. Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan.
Selain tarian Batak terdapat pula tarian"Melayu"seperti Serampang XII.

Kerajinan/"

Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Pada suku Pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Bisanya warna dasar oles adalah hitam kecokelatan atau putih.
Pada suku Karo ada tenunan yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan kemerahan.
Pada masyarakat pesisir barat ada tenunan yang dikenal dengan nama Songket Barus. Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah Merah Tua atau Kuning Emas.

Makanan Khas/"

Makanan Khas di Sumatera Utara sangat bervariasi, tergantung dari daerah tersebut. Saksang dan Babi panggang sangat familiar untuk mereka yang melaksanakan pesta maupun masakan rumah. Misalkan seperti didaerah Pakpak Dairi, Pelleng adalah makanan khas dengan bumbu yang sangat pedas.
Di tanah Batak sendiri ada dengke naniarsik yang merupakan ikan yang digulai tanpa menggunakan kelapa. Untuk cita rasa, tanah Batak adalah surga bagi pecinta makanan santan dan pedas. Pasituak Natonggi atau uang beli nira yang manis adalah istilah yang sangat akrab disana, menggambarkan betapa dekatnya tuak atau nira dengan kehidupan mereka.

Demikianlah sedikit pengetahuan tentang sumatra utara mohon maaf bila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan.

sumber:WIKIPEDIA BAHASA INDONESIA

propinsi Aceh

Akhirnya saya mempunyai kesempatan kembali untuk posting di blog baru saya ini dan untuk yang pertama saya akan membahas propinsi di sebelah barat indonesia yaitu ACEH:

ACEH atau yang dikenal dengan nama Aceh Darusalam(1511-1959), propinsi Daerah Istimewa Aceh(D.I.A) atau bumi serambi mekah ini berada di wilayah paling barat Indonesia yang beribukotakan "Banda Aceh".Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah Daerah ini berbatasan dengan"Teluk Benggala" di sebelah utara, "Samudra Hindia "di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur,"Sumatra Utara" dan di sebelah tenggara dan selatan.
Ibu kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya, Ulee Lheue,Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh merupakan kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh,Aceh besar,Aceh Jaya,Aceh Barat,Singkil dan Simeuleu.
Aceh mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak bumi dan gas alam. Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur. Aceh juga terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan, dari Kutacane,Aceh tenggara, Seulawah,Aceh Besar,sampai Ulumasen di Aceh Jaya.Sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser(TNGL) juga terdapat di Aceh Tenggara.

sejarah:

Aceh Darussalam pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam(Sultan Aceh Ke 19), merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Menurut seorang penjelajah asal Prancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman tersebut, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau" hingga Perak". Kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Dunia Barat pada "abad ke 16", termasuk Inggris,Ottoman, dan Belanda.
Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16, pertama dengan Portugal. lalu sejak"abad ke 18' dengan Britania Raya (Inggris) dan Belanda.Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya.
Pada tahun 1824",Persetujuan Britania-Belanda"ditandatangani, di mana Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal ini tidak benar. Pada tahun 1871", Britania membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh, kemungkinan untuk mencegah Perancis dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut.

Kesultanan Aceh:

 Kesultanan Aceh merupakan kelanjutan dari Kesultanan Samudra Pasai yang hancur pada"abad ke 14. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatra dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh). Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496- 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.

 Perang Aceh

PERANG Aceh dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873, dimulai dari kedatangan Jenderal J.H.R Kohler dengan jumlah pasukan sebanyak 3.198, termasuk 168 perwira KNIL.
Setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun tidak berhasil merebut wilayah yang besar. Perang kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada1892" dan"1893", pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh. Bahkan, pada hari pertama perang berlangsung, 1 unit kapal perang Belanda, Citadel van Antwerpen harus mengalami 12 tembakan meriam dari pasukan Aceh.
Dr.Christiaan snouck Hurgronje, seorang ahli yang berpura-pura masuk Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Pada tahun 1898,Joannes Benedictus Van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh, dan bersama letnannya,Hendrikus Colijn, merebut sebagian besar Aceh.
Sultan M. Dawud akhirnya meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh pada tahun 1904. Saat itu, Ibukota Aceh telah sepenuhnya direbut Belanda. Namun perlawanan masih terus dilakukan oleh Panglima-panglima di pedalaman dan oleh para Ulama Aceh sampai akhirnya Jepang masuk dan menggantikan peran belanda.
Perang Aceh adalah perang yang paling banyak merugikan pihak belanda sepanjang sejarah penjajahan Nusantara.

Masa Penjajahan

Bangkitnya nasionalisme

Sementara pada masa kekuasaan Belanda, bangsa Aceh mulai mengadakan kerjasama dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dan terlibat dalam berbagai gerakan nasionalis dan politik. Aceh kian hari kian terlibat dalam gerakan nasionalis Indonesia. Saat Volksraad (parlemen) dibentuk,"Teuku NYak Arif terpilih sebagai wakil pertama dari Aceh. (Nyak Arif lalu dilantik sebagai gubernur Aceh oleh gubernur Sumatra pertama,(Mr.Teuku Muhammad Hasan).
Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940. Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942 kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh.
Awalnya Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh daerah Aceh. contoh yang paling terkenal adalah perlawanan yang dipimpin oleh Teungku Abdul Jalil, seorang ulama dari daerah Bayu, dekat Lhokseumawe.

Masa Republik Indonesia:


Sejak tahun 1976, organisasi pembebasan bernama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah berusaha untuk memisahkan Aceh dari Indonesia melalui upaya militer. Pada 15 Agustus 2005, GAM dan pemerintah Indonesia akhirnya menandatangani persetujuan damai sehingga mengakhiri konflik antara kedua pihak yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun.
Pada 26 Desember 2004, sebuah"gempa bumi besar" menyebabkan"tsunami" yang melanda sebagian besar pesisir barat Aceh, termasuk Banda Aceh,dan menyebabkan kematian ratusan ribu jiwa.
Di samping itu, telah muncul aspirasi dari beberapa wilayah Aceh, khususnya di bagian barat, selatan dan pedalaman untuk memisahkan diri dari Aceh dan membentuk provinsi-provinsi baru.

 Gerakan Aceh Merdeka:

Pasca Gempa dan Tsunami 2004, yaitu pada 2005, Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka sepakat mengakhiri konflik di Aceh. Perjanjian ini ditandatangani di Finlandia, dengan peran besar daripada mantan petinggi Finlandia, Martti Ahtisaari.

Suku di Aceh:


Provinsi Aceh memiliki 13 suku asli, yaitu:Aceh,Gayo,Aneuk Jamee,Singkil,Alas,Tamiang, Kluet,Devayan,Sigulai,Pakpak,Haloban,Lekon dan Nias.
Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan hasil sebagai berikut:Aceh(50,32%),Jawa(15,87%),Gayo (11,46%),Alas(3,89%),Simgkil(2,55%),Simeulue(2,47%),Batak (2,26%), Minangkabau(1,09%), Lain-lain (10,09%).

Bahasa di Aceh:

 Provinsi Aceh memiliki 13 buah bahasa asli yaitu bahasa Aceh,Gayo,Aneuk Jamee,Singkil,Alas,Tamiang,Kluet,Devayan,Sigulai,Pakpak,Haloban,Lekon dan Nias.

Agama:


Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama"Islam". Dari ke 13 suku asli yang ada di Aceh hanya"Suku Nias"yang tidak semuanya memeluk agama Islam.
Agama lain yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama"Kristen"yang dianut oleh pendatang suku"Batak"dan sebagian warga Tionghoa yang kebanyakan bersuku"Hakka". Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama Konghucu.
Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam" diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam, berdasar UU No.18/2001. Meski dari kalangan intelektual Aceh sendiri, masih terdapat perdebatan soal apakah yang diberlakukan di Aceh sudah benar-benar syariat, atau itu cuma karena alasan politis saja? Alasan yang juga kemudian disebutkan adalah kondisi konkret ketika itu berkenaan dengan politik, polemik di kalangan jumhur ulama soal bisa tidaknya hukum Islam diproduksi pasca kenabian,selain persoalan dualisme aliran dalam Islam, dua aliran besar dalam tradisi tafsir hukum Islam.

Demikian sedikit pengetahuan dari propinsi Aceh yang merupakan bagian dari wilayah negara saya Indonesia semoga berguna dan bermanfaat.

 sumber:Wikipedia bahasa Indonesia